Pengertian dari manajemen yang jarang orang kenal



Manajemen ialah seni mengatasi profesi melalui orang lain. definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas memegang dan memberi bimbingan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.[1] Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan penguasaan sumber tenaga untuk mencapai sasaran secara tepat sasaran dan efisien. Sasaran berarti bahwa tujuan bisa dicapai layak dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan cocok dengan jadwal.[2] Manajemen belum memiliki definisi yang luas dan diterima secara universal.[3]

Kata Manajemen berasal dari bahasa perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni menjalankan dan mengontrol."[4]

Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan".[5] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni menjalankan dan membatasi.[4]

Sejarah
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, tetapi diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya piramida di Mesir.[6] Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan sukses dibangun jikalau tak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer dikala itu—yang merencanakan apa yang harus dilaksanakan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan menasehati para pekerja, dan menegakkan pengaturan tertentu guna menjamin bahwa seluruh sesuatunya dijalankan pantas agenda.

Praktik-praktik manajemen lainnya bisa disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan. Penduduk Venesia memaksimalkan bentuk permulaan perusahaan bisnis dan melaksanakan banyak kesibukan yang lazim terjadi di organisasi modern dikala ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap-setiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Demikian ini mirip dengan teladan lini perakitan yang dioptimalkan oleh Henry Ford untuk merakit kendaraan beroda empat-mobilnya. Kecuali lini perakitan, orang Venesia memiliki metode penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber energi manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.

Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, merupakan pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era modern.

Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen.[3] Momen pertama terjadi pada tahun 1776, saat Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, dia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yakni perincian profesi ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan memakai industri pabrik peniti sebagai teladan, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan profesi khusus—perusahaan peniti dapat menciptakan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tapi, apabila tiap orang berprofesi sendiri menuntaskan tiap-tiap komponen pekerjaan, telah amat hebat sekiranya mereka kapabel menghasilkan dua puluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menjadikan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat kekuatan kerja.[8]

Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen ialah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya pemakaian mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berpengaruh pada pindahnya aktivitas produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu memerlukan teori yang bisa membantu mereka meramalkan permintaan, menentukan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, memberi pengarahan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para spesialis.

Era manajemen ilmiah

Pada era ini ditandai dengan berkembangnya perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson[9] Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai "pengaplikasian sistem ilmiah untuk memutuskan sistem terbaik dalam menuntaskan suatu profesi." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.[3]

Perkembangan manajemen ilmiah juga disupport oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt. yang pernah berprofesi bersama Taylor di Midvale Steel Company, mencetuskan inspirasi bahwa semestinya seorang mandor cakap memberi pengajaran terhadap karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Dia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang dipakai untuk merancang dan mengontrol profesi. Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth sukses menjadikan micromotion, sebuah alat yang bisa mencatat setiap gerakan yang dilaksanakan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan hal yang demikian. Alat ini diaplikasikan untuk menjadikan cara produksi yang lebih efesien.[9]

Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yakni teori mengenai apa yang harus dilaksanakan oleh para manajer dan bagaimana metode membentuk praktik manajemen yang baik.[9] Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan memegang.[10] Gagasan Fayol itu kemudian mulai diaplikasikan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung sampai sekarang.[3] Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang ialah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari spesialis sosilogi Jerman Max Weber. Weber membuktikan suatu ragam pas organisasi yang disebut sebagai birokrasi—format organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang detail, dan sejumlah relasi yang impersonal. Tapi, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tak ada dalam realita. Dia membuktikan macam organisasi hal yang demikian dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori perihal bagaimana profesi dapat dilakukan dalam golongan besar. Teorinya hal yang demikian menjadi model desain struktural bagi banyak organisasi besar kini ini.[3]

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an saat Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang yaitu kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering kali dikenal dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—kerap disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal seputar manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini timbul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian seputar organisasi.

Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas hingga tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku ialah serangkaian studi penelitian yang diketahui sebagai eksperimen Hawthorne.

Eksperimen Hawthorne dikerjakan pada tahun 1920-an sampai 1930-an di Pabrik Hawthorne milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.[3] Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari akibat beragam ragam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa terbukti insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode rehat, maupun bayaran lebih sedikit dampaknya kepada output pekerja diperbandingkan dengan tekanan golongan, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar golongan adalah penentu utama perilaku kerja individu.[9]

Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pengajaran di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi tenar sesudah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924.[9] Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai metode untuk mengurangi perselisihan tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin yakni untuk menetapkan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kategori. Dengan kata lain, ia berdaya upaya bahwa organisasi mesti didasarkan pada akhlak kelompok ketimbang individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan harus mengamati diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.

Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk menstimulasi orang lain memeriksa sifat metode koperasi. Memperhatikan perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menerangkan dikotonomi "tepat sasaran-efisien". Berdasarkan Barnard, efektivitas terkait dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi yaitu sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Ia mengamati organisasi formal sebagai metode terpadu yang menciptakan kerja sama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai unsur universal, sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga memaksimalkan teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan cuma mempunyai kewenangan bila bawahan menerima otoritasnya.

Era modern
Era modern ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (sempurna quality management—TQM) pada abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling familiar di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).

Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang.[9] Deming berpendapat bahwa kebanyakan problem dalam kwalitas bukan berasal dari kekeliruan pekerja, namun sistemnya. Dia menekankan pentingnya meningatkan kwalitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat jika kwalitas bisa ditingkatkan, (1) tarif akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kekeliruan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih bagus atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar meningkat sebab peningkatan mutu dan penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming memaksimalkan 14 skor rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.

Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran.[9] Dia mengucapkan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-elemen yang sebetulnya dapat dibatasi oleh manajemen. Dari teorinya, dia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan mutu. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dihasilkan solusi dan diimplementasikan.

Teori
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dioptimalkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menghasilkan micromotion yang dapat mencatat tiap gerakan yang dikerjakan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melaksanakan tiap-tiap gerakan hal yang demikian.[9] Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang bisa diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga membentuk skema golongan untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, mengatur) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th konsisten). Skema hal yang demikian memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis metode yang lebih tepat dari unsur-faktor tiap gerakan tangan pekerja.[9]

Skema itu mereka peroleh dari pengamatan mereka kepada cara pembentukan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, dia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang dibutuhkan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, Check This Out ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan sampai menjadi 2 gerakan saja. Dengan memakai teknik-teknik Gilbreth, tukang baku bisa lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.[butuh rujukan]

Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif ialah pengaplikasian sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, contoh informasi, atau simulasi komputer—untuk menolong manajemen mengambil keputusan. Sebagai model, pemrograman linear diterapkan para manajer untuk menolong mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis trek kritis (Critical Path Analysis) dapat diterapkan untuk membikin penjadwalan kerja yang lebih efesien; contoh kuantitas orderan ekonomi (economic order quantity teladan) menolong manajer mempertimbangkan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap keadaan sulit militer selama Perang Dunia II.[12] Setelah perang usai, teknik-teknik matematika dan statistika yang dipakai untuk mengatasi keadaan sulit-keadaan sulit militer itu digunakan di sektor bisnis. Pionirnya merupakan sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids."[12] Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini mengaplikasikan metode statistik dan figur kuantitatif untuk membetuli pengambilan keputusan di Ford.

Kelompok
Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:

Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen layak dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi hal yang demikian.
Aliran perilaku: Aliran ini kerap kali disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.
Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini memakai matematika dan ilmu statistika untuk mengoptimalkan teorinya. Berdasarkan aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan benar-benar berkhasiat untuk menerangkan dilema manajemen.
Aliran analitik cara: Aliran ini mengonsentrasikan pemikiran pada problem yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengoptimalkan teorinya.
Aliran manajemen menurut hasil: Aliran manajemen menurut hasil diberi tahu pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memusatkan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kesibukan karyawan.
Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.
Fungsi
Fungsi manajemen adalah faktor-faktor dasar yang akan selalu ada dan merekat di dalam pengerjaan manajemen yang akan diciptakan referensi oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.[butuh rujukan] Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada permulaan abad ke-20.[13] Ketika itu, dia menyebutkan lima fungsi manajemen, adalah merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Tapi dikala ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga[butuh referensi], yakni:

Perencanaan (planning) ialah memikirkan apa yang akan dilaksanakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan sistem terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi beragam agenda alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian memperhatikan apakah agenda yang dipilih sesuai dan bisa dipakai untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan yakni cara kerja secara khusus dari seluruh fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tidak bisa berjalan.
Pengorganisasian (organizing) dijalankan dengan tujuan membagi suatu aktivitas besar menjadi kegiatan-kesibukan yang lebih kecil. Pengorganisasian memudahkan manajer dalam melaksanakan pengawasan dan menetapkan orang yang diperlukan untuk menjalankan tugas yang sudah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dijalankan dengan sistem memutuskan tugas apa yang harus dijalankan, siapa yang semestinya menjalankannya, bagaimana tugas-tugas hal yang demikian dikategorikan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas hal yang demikian, dan pada tingkatan mana keputusan seharusnya diambil.
Bimbingan (directing) yakni suatu perbuatan untuk mengusahakan supaya segala anggota golongan berusaha untuk mencapai target sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
Pengawasan, mencakup aktivitas pengawasan yang dilaksanakan agar aktivitas bisa cocok dengan standar yang sudah direncanakan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.[14]

Sarana
Untuk menempuh tujuan yang sudah diatur dibutuhkan alat-alat sarana (tools). Tools ialah syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditentukan. Tools tersebut diketahui dengan 6M, adalah men, money, materials, machines, method, dan markets.[15][butuh rujukan]

Man mengacu pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia yakni yang paling menetapkan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan cara kerja untuk menempuh tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada pelaksanaan kerja, sebab pada dasarnya manusia ialah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul sebab adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Money atau Uang yaitu salah satu elemen yang tidak bisa dipungkiri. Uang ialah alat tukar dan alat pengukur poin. Besar-kecilnya hasil kesibukan bisa diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang yakni alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan sebab seluruh sesuatu semestinya diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan terkait dengan berapa uang yang sepatutnya disediakan untuk membiayai gaji daya kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan patut dibeli serta berapa hasil yang akan ditempuh dari suatu organisasi.

Materials terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk menempuh hasil yang lebih bagus, kecuali manusia yang spesialis dalam bidangnya juga seharusnya bisa menerapkan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sistem materi dan manusia tak dapat dipisahkan, tanpa materi tak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

Machine atau Mesin diterapkan untuk memberi kemudahan atau menjadikan keuntungan yang lebih besar serta mewujudkan efesiensi kerja.

Menjual yakni suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah sistem daat dinyatakan sebagai penetapan metode pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan pelbagai pertimbangan-pertimbangan terhadap sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan pengaplikasian waktu, serta uang dan kesibukan usaha. Perlu diingat meski sistem bagus, sedangkan orang yang melaksanakannya tak paham atau tidak mempunyai pengalaman maka kesudahannya tak akan memuaskan. Dengan demikian, peran utama dalam manajemen konsisten manusianya sendiri.

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Supaya produk telah barang tentu benar-benar penting sebab kalau barang yang diproduksi tak laku, karenanya pelaksanaan produksi barang akan stop. Artinya, pengerjaan kerja tidak akan berlangsung. Oleh karena itu, pengaturan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi ialah unsur mempertimbangkan dalam perusahaan. Tulisan pasar dapat dipegang karenanya mutu dan harga barang seharusnya sesuai dengan selera konsumen dan kekuatan beli (kecakapan) konsumen.

Prinsip
Menurut utama: Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan layak dengan keadaan-kondisi khusus dan kondisi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang penggerak teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip biasa manajemen ini terdiri dari:

Pembagian kerja (division of work)
Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
Disiplin (discipline)
Kesatuan instruksi (unity of command)
Kesatuan nasihat (unity of direction)
Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
Pembayaran bayaran yang adil (renumeration)
Pemusatan (centralisation)
Hierarki (hierarchy)
tertib (order)
Keadilan (equity)
Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
Inisiatif (Inisiative)
kesatuan (esprits de corps)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *